Tuberkulosis (TBC atau TB)
adalah penyakit infeksi pada saluran pernafasan dengan penyebab
bakteri basil yang cukup kuat sehingga proses pengobatan sangat lama. Bakteri tuberkulosis ini hanya menyerang daerah saluran pernafasan atau
paru paru,dan jarang sekali menyerang bagian tubuh lainnya.
Tuberculosis (TBC) adalah penyakit menular yang cukup populer dan belum ada negara yang bebas
TBC. Penderita TBC di Indonesia diperkirakan sebesar 289
per 100 ribu penduduk dan insidensi sebesar 189 per 100 ribu penduduk.
Bahkan 27 dari 1.000 penduduk terancam meninggal seperti yang dilaporkan
Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan,
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia yang dihimpun sepanjang 2011
mengenai tuberkulosis (TBC) di Indonesia.
Gejala TBC | Tanda Tanda Penyakit TBC
Gejala TBC yang umum adala adanya demam
tapi tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan
malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti
influenza dan bersifat hilang timbul. Gejala lain, penurunan nafsu
makan dan berat badan, batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat
disertai dengan darah), perasaan tidak enak (malaise), dan lemah.
Gejala TBC utama : Batuk terus-menerus dan berdahak selama tiga pekan atau lebih.
Gejala TBC lainnya:
- Dahak bercampur darah/batuk darah
- Berkeringat pada malam hari tanpa penyebab yang jelas
- Demam/meriang lebih dari sebulan
- Nafsu makan menurun dan terjadi penurunan berat badan
- Badan lemah dan lesu
- Sesak nafas dan rasa nyeri pada dada
Tanda tanda TBC : Paling mudah untuk mengetahui seseorang terkena tuberkulosis jika dia
berkeringat pada malam hari tanpa penyebab yang jelas. Walaupun tidak
bisa langsung ditetapkan tuberkulosis karena harus didiagnosis, tapi itu
salah satu pertanda. Jika Anda lemas, batuk tak berhenti, nyeri pada
dada, dan keringat pada malam hari, langsung segera periksa. Untuk memastikan seseorang terkena TB atau tidak, tim medis
melakukan diagnosis dengan mengadakan pemeriksaan dahak secara
mikroskopis langsung (BTA) dan gambaran radio logis atau foto rontgen.
Penyebab TBC
Penyebab TBC adalah infeksi kuman mikobakterium tuberkulosis yang
dapat menyerang paru, ataupun organ-organ tubuh lainnya seperti kelenjar
getah bening, usus,
ginjal, kandungan, tulang, sampai otak. TBC dapat
mengakibatkan kematian dan merupakan salah satu penyakit infeksi yang paling banyak
menyebabkan kematian di indonesia.
TBC sangat mudah menular ke orang lain baik melalui cairan di saluran napas yang keluar ke udara lewat batuk atau bersin kemudian terhirup oleh orang-orang di sekitarnya. tetapi perlu kita ingat bahwa tidak semua orang yang
menghirup udara yang mengandung kuman TBC akan menderita sakit TBC.
Seorang yang memiliki tubuh yang sehat dan daya tahan tubuh
yang tinggi didukung gizi baik, penyakit TBC ini tidak akan muncul dan kuman
TBC akan "tertidur". Sedangkan orang yang daya tahan tubuhnya lemah atau sedang menurun atau terus menerus menghirup udara berrkuman TBC maka kemungkinan besar dia akan menderita penyakit TBC dan kuman yang harusnya tertidur tadi menjadi aktif kembali.
Infeksi TBC biasanya menyerang pada paru, dan biasanya muncul
tanpa gejala yang khas, gejala TBC biasanya hanya batuk-batuk ringan
sehingga sering diabaikan, dianggap sakit biasa dan tidak diobati. Padahal, penderita TBC paru sangat mudah menularkan kuman TBC ke orang lain dan kuman TBC
terus merusak jaringan paru sampai menimbulkan gejala-gejala yang khas
saat penyakitnya telah cukup parah.
Pengobatan TBC
Untuk mendiagnosis TBC, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik,
terutama di daerah paru/dada, lalu dapat meminta pemeriksaan tambahan
berupa foto rontgen dada, tes laboratorium untuk dahak dan darah, juga
tes tuberkulin (mantoux/PPD). Pengobatan TBC adalah pengobatan jangka
panjang, biasanya selama 6-9 bulan dengan paling sedikit 3 macam obat.
Kondisi ini diperlukan ketekunan dan kedisiplinan dari pasien untuk
meminum obat dan kontrol ke dokter agar dapat sembuh total. Apalagi
biasanya setelah 2-3 pekan meminum obat, gejala-gejala TBC akan hilang
sehingga pasien menjadi malas meminum obat dan kontrol ke dokter.
Jika pengobatan TBC tidak tuntas, maka ini dapat menjadi berbahaya
karena sering kali obat-obatan yang biasa digunakan untuk TBC tidak
mempan pada kuman TBC (resisten). Akibatnya, harus diobati dengan
obat-obat lain yang lebih mahal dan "keras". Sehingga pengobatan TBC harus dilakukan secara terus menerus hingga benar benar sembuh dan bakteri tidak menjadi resisten.
Pengobatan untuk penyakit-penyakit lain selama pengobatan TBC pun
sebaiknya harus diatur dokter untuk mencegah efek samping yang lebih
serius/berbahaya. Penyakit TBC dapat dicegah dengan cara:
- Mengurangi kontak dengan penderita penyakit TBC aktif.
- Pemberian vaksin BCG (untuk mencegah kasus TBC yang lebih berat). Vaksin ini secara rutin diberikan pada semua balita.
- Menjaga standar hidup yang baik, dengan makanan bergizi, lingkungan yang sehat, dan berolahraga.
- Perlu diingat bahwa mereka yang sudah pernah terkena TBC dan
diobati, dapat kembali terkena penyakit yang sama jika tidak mencegahnya
dan menjaga kesehatan tubuhnya.
Pengobatan TBC dalam waktu yang panjang dengan banyak obat tentu akan
menimbulkan efek samping bagi pasien. Efek samping yang biasanya
terjadi pada pengobatan TBC adalah nyeri perut, penglihatan/pendengaran
terganggu,
kencing seperti air kopi, demam tinggi, muntah, gatal-gatal
dan kemerahan kulit, rasa panas di kaki/tangan, lemas, sampai mata/kulit
kuning.
Itu sebabnya penting untuk selalu menyampaikan efek samping yang timbul
pada dokter setiap kali kontrol sehingga dokter dapat menyesuaikan
dosis, mengganti obat dengan yang lain, atau melakukan pemeriksaan
laboratorium jika diperlukan.
Demikian informasi seputar
pengobatan penyakit TBC semoga bermanfaat.